LAPORAN
PRAKTIKUM
“UJI
AMILASE SALIVA dan AMILASE”
TUGAS MATA KULIAH BIOKIMIA
Jurusan
Peternakan
Program Studi
Produksi Ternak
Oleh
Deddy Lauren
Andriyanto
C31120204
Dosen
Dr. Ir. Rr.
Merry Muspita DU,MP
Nurkholis, MP
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Hal-ihwal
yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia
pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan tersendiri
tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama
dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi
pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Pada akhir
tahun 1700-an dan awal tahun 1800-an, pencernaan daging oleh
sekresi perut dan konversi pati menjadi gula oleh ekstrak tumbuhan dan ludah telah diketahui.
Namun, mekanisme bagaimana hal ini terjadi belum diidentifikasi
Pengetahuan
tentang enzim telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia mengusulkan
nama "katalis" untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat
itu sendiri tidak ikut bereaksi. Namun, proses kimia yang terjadi dengan
pertolongan enzim telah dikenal sejak zaman dahulu misalnya pembuatan anggur
dengan cara fermentasi atau peragian, dan pembuatan asam cuka. Lois Pasteur
salah seorang yang banyak bekerja dalam fermentasi ini dan ketika mengkaji fermentasi
gula menjadi alkohol
oleh ragi,
Louis Pasteur
menyimpulkan bahwa fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang
terdapat dalam sel ragi, disebut sebagai "ferment",
dan diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh organisme hidup. Ia menulis bahwa
"fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan
dan organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi sel
tersebut."[5]
Pada tahun
1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900)
pertama kali menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani
ενζυμον yang berarti "dalam bahan pengembang" (ragi), untuk
menjelaskan proses ini. Kata "enzyme" kemudian digunakan untuk
merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan kata ferment
digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan oleh organisme
hidup.
Pada tahun
1897, Eduard Buchner memulai kajiannya mengenai
kemampuan ekstrak ragi untuk memfermentasi gula walaupun ia tidak terdapat pada
sel ragi yang hidup. Pada sederet eksperimen di Universitas Berlin, ia menemukan bahwa gula
difermentasi bahkan apabila sel ragi tidak terdapat pada campuran.[6]
Ia menamai enzim yang memfermentasi sukrosa sebagai "zymase" (zimase).[7]
Pada tahun 1907, ia menerima penghargaan
Nobel dalam bidang kimia "atas riset biokimia dan penemuan fermentasi tanpa
sel yang dilakukannya". Mengikuti praktek Buchner, enzim biasanya dinamai
sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzim tersebut. Umumnya, untuk
mendapatkan nama sebuah enzim, akhiran -ase ditambahkan pada nama substrat
enzim tersebut (contohnya: laktase, merupakan enzim yang mengurai laktosa)
ataupun pada jenis reaksi yang dikatalisasi (contoh: DNA
polimerase yang menghasilkan polimer DNA).
Penemuan
bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada
sifat-sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa
aktivitas enzim diasosiasikan dengan protein, namun beberapa ilmuwan seperti Richard Willstätter berargumen bahwa proten
hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan protein sendiri tidak dapat
melakukan katalisis. Namun, pada tahun 1926, James B.
Sumner berhasil mengkristalisasi enzim urease dan menunjukkan
bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah bahwa protein murni
dapat berupa enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang meneliti enzim pencernaan
pepsin (1930), tripsin, dan kimotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih penghargaan
Nobel tahun 1946 pada bidang kimia.[8]
Penemuan
bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur enzim
ditentukan melalui kristalografi sinar-X.
Metode ini pertama kali diterapkan pada lisozim,
enzim yang ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur putih, yang mencerna
lapisan pelindung beberapa bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh
sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David Chilton Phillips
dan dipublikasikan pada tahun 1965.[9] Struktur lisozim
dalam resolusi tinggi ini menandai dimulainya bidang biologi struktural dan
usaha untuk memahami bagaimana enzim bekerja pada tingkat atom.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Enzim
Enzim
adalah biomolekul
berupa protein
yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
Molekul
awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain
yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu
kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses
biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung
dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai
promoter. Nama enzim sering kali diturunkan dari nama substrat ataupun reaksi
kimia yang ia kataliskan dengan akhiran -ase.
Enzim bekerja
dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat
melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi
aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi
karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih
lama.
Sebagian
besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat
bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia.
Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim
yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat
digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.
Kerja enzim
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat,
suhu, keasaman,
kofaktor dan inhibitor.
Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim
adalah protein,
yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar
suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal
atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul
lain. Inhibitor adalah molekul
yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang
meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.
2.
Larutan Asam Klorida (HCl)
Asam
klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogenklorida
(HCl). Larutan
ini adalah asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Hidrogen
klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat
berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam
klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+.
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat
digunakan untuk membuat garam klorida,
seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia
berdisosiasi penuh dalam air. HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III)
klorida (FeCl3) dan polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan
kimia yang digunakan sebagai bahan baku koagulan dan flokulan.
Koagulan dan flokulan digunakan pada pengolahan air.
Asam klorida merupakan asam pilihan
dalam titrasi untuk menentukan
jumlah basa. Asam yang lebih kuat
akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang jelas. Asam
klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya
bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat. HCl juga merupakan larutan
elektrolit.
3.
Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium
hidroksida (NaOH),
juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah
sejenis basa
logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu
dan kertas,
tekstil,
air minum,
sabun
dan deterjen.
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia.
Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut
dalam etanol
dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter
dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada
kain dan kertas.
4.
Larutan YODIUM
Yodium
merupakan zat makanan yang tergolong ke dalam mineral mikro. Dalam keadaan
normal, yodium dikonsumsi hewan melalui air dan
tumbuh-tumbuhan yang menyerap zat tersebut dari tanah. Apabila kandungan yodium dalam pakan ternak belum
tercukupi biasanya peternak memeberikan mineral yodium dalam bentuk garam dapur
pada ransum pakan terak.Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan
organik dalam jaringan tubuh. Yodium berada dalam satu siklus di alam. Sebagian
yodium ada di laut, sebagian lagi merembes dibawa hujan, angin dan banjir turun
ke tanah dan gunung di sekitarnya. Yodium terdapat di lapisan
bawah tanah, sumur minyak dan gas alam. Air berasal dari sumur-sumur tersebut
merupakan sumber yodium. Daerah pegunungan di seluruh dunia termasuk di Eropa,
Amerika, dan Asia kurang mengandung yodium, terutama pegunungan yang ditutupi
es dan mempunyai curah hujan tinggi yang mengalir ke sungai. Yodium di dalam
tanah dan laut terdapat sebagai iodide. Ion iodide dioksidasi oleh sinar
matahari menjadi unsur yodium yang mudah menguap. Yodium kemudian dikembalikan
ke tanah oleh hujan. Pengembalian yodium ke tanah berjalan lambat dan sedikit
dibandingkan dengan kehilangan semula, dan banjir berulang kali akan
menyebabkan yodium yang tersedia di tanah hanyut terbawa air
Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar
dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya
terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah
pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar
tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan
tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan
asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium
selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi,
dekarboksilasi dan oksidasi.
Yodium adalah jenis mineral yang sangat
penting untuk system reproduksi disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu
hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat,
pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel
tubuh kecuali sel otak. Yodium juga dibutuhkan untuk sel darah merah dan
pernafasan sel serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh Yodium dari makanan
akan diserap dan menjadi bentuk yodida. Yodida adalah bentuk yodium yang berada
dalam tubuh yang merupakan bagian penting dari dua hormon yaitu
triiodothyronine/T3 dan tetraiodothyronine/T4, yang dihasilkan oleh hormone
thyroid. Iodine ini yang berperan mengatur suhu tubuh, reproduksi dan fungsi
iodine lainnya Tubuh yang sehat mengandung 15-20 mg iodium dimana 70-80 % ada
di kelenjar gondok dalam bentuk thyroglobulin. Sisanya di kelenjar air liur,
kelenjar lambung, jaringan dan sebagian kecil beredar di seluruh tubuh. Umumnya
bahan makanan sumber hewani seperti ikan dan kerang mengandung tinggi yodium.
Bahan makanan sumber nabati yang mengandung tinggi yodium adalah rumput laut.
Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormob tiroksin triodotironin
(T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon ini adalah mengatur
pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel
menggunakan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid mengontrol kecepatan
pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Tiroksin dapat
merangsang metabolisme sampai 30 %. Disamping itu kedua hormon ini mengatur
suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan
saraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif
vitamin A, sintesa protein dan absorbsi karbohidrat dari saluran cerna. Yodium
berperan pula dalam sintesis kolesterol darah
5.
Larutan AMILUM (PATI)
Amilum adalah
karbohidrat
kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan
tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan
untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis)
dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber
energi yang penting.
Pati tersusun
dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.
Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan
sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa
tuntas dijelaskan.
6.
RAGI
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya
mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi
mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil
atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk
membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe,
tape, roti, dan bir.
7.
SALIVA
Air liur adalah zat berair yang terletak di mulut organisme,
disekresikan oleh kelenjar ludah.
Saliva manusia adalah air 99,5%, sementara yang lain 0,5% terdiri dari elektrolit,
lendir, glikoprotein, enzim, dan senyawa antibakteri
seperti IgA sekretori dan lysozyme. Enzim yang ditemukan dalam
air liur sangat penting dalam memulai
proses pencernaan makanan pati dan lemak. Enzim
ini juga berperan dalam mogok partikel makanan terjebak
dalam celah-celah gigi, melindungi gigi
dari pembusukan bakteri. Selain itu, air liur melayani fungsi licin, pembasahan
makanan dan memungkinkan inisiasi menelan, dan
melindungi permukaan mukosa
mulut rongga dari
pengeringan.
Berbagai spesies memiliki kegunaan khusus untuk air liur yang
melampaui predigestion. Beberapa
swifts menggunakan air liur bergetah mereka
untuk membangun sarang. Aerodramus
sarang yang berharga untuk digunakan dalam sup sarang burung
Kobra., Ular beludak, dan anggota lain tertentu dari racun clade berburu
dengan air liur berbisa
disuntikkan oleh taring.
Beberapa arthropoda, seperti laba-laba dan ulat, membuat thread dari kelenjar
ludah.
Fungsi pencernaan air liur termasuk melembabkan makanan
dan membantu menciptakan bolus
makanan. Fungsi licin
air liur memungkinkan bolus makanan yang akan
lulus dengan mudah dari mulut
ke kerongkongan. Air liur mengandung enzim amilase, juga disebut ptyalin, yang
mampu memecah pati menjadi gula sederhana yang
dapat kemudian diserap atau selanjutnya
dipecah di usus kecil. Kelenjar
ludah juga mengeluarkan saliva
lipase (bentuk yang lebih ampuh lipase) untuk
memulai pencernaan lemak. Saliva
lipase memainkan peran besar dalam pencernaan lemak pada
bayi baru lahir sebagai mereka lipase pankreas masih
membutuhkan beberapa waktu untuk berkembang. Ia juga memiliki fungsi pelindung, membantu mencegah bakteri build-up pada gigi dan
membasuh partikel makanan yang menempel.
8.
AMILASE
Amilase / æmɪleɪz /
adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan pati menjadi
gula. Amilase hadir dalam air liur manusia, di mana ia memulai proses kimia pencernaan.
Makanan yang mengandung banyak pati
tetapi sedikit gula, seperti beras dan kentang,
rasa sedikit manis karena mereka dikunyah karena
amilase ternyata sebagian
pati mereka menjadi gula di dalam
mulut. Pankreas juga
membuat amilase (alpha amilase) untuk menghidrolisis
pati makanan menjadi
disakarida dan trisaccharides
yang diubah oleh enzim lain untuk glukosa untuk
memasok tubuh dengan energi. Tanaman
dan beberapa bakteri juga memproduksi
amilase. Sebagai diastase,
amilase adalah enzim
pertama yang ditemukan dan diisolasi (oleh Anselme
Payen tahun 1833) protein amilase khusus
yang ditunjuk oleh huruf Yunani yang berbeda.. Semua amilase adalah hidrolisis glikosida dan bertindak
atas α-1,4-glikosidik
obligasi.
Amilase
menemukan digunakan dalam breadmaking dan untuk memecah gula kompleks, seperti
pati (ditemukan dalam tepung), menjadi gula sederhana. Ragi kemudian feed pada
gula sederhana ini dan mengubahnya menjadi produk limbah alkohol dan CO2. Ini
menanamkan rasa dan menyebabkan roti meningkat. Sementara amilase yang
ditemukan secara alami dalam sel ragi, dibutuhkan waktu untuk ragi untuk
menghasilkan cukup enzim ini untuk memecah jumlah yang signifikan pati dalam
roti. Ini adalah alasan untuk adonan fermentasi panjang seperti adonan asam.
Teknik breadmaking modern telah menyertakan amilase (sering dalam bentuk barley
malt) menjadi roti perbaiki, sehingga membuat proses lebih cepat dan lebih
praktis untuk penggunaan komersial.
Dalam
biologi molekuler, kehadiran amilase dapat berfungsi sebagai metode tambahan
memilih untuk keberhasilan integrasi dari konstruk reporter selain resistensi
antibiotik. Sebagai gen reporter yang diapit oleh daerah homolog dari gen
struktural untuk amilase, integrasi yang sukses akan mengganggu gen amilase dan
mencegah degradasi pati, yang mudah dideteksi melalui yodium pewarnaan.
BAB III
TABEL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan Enzim Amilase
Saliva
Tabung Reaksi
|
Larutan
|
Sebelum di Inkubasi
|
Setelah di Inkubasi + 3 tetes
Yodium
|
||
80°C
|
4°C
|
37°C
|
|||
1
|
HCl
1 M 1 ml + 1 ml Saliva + 3 ml Amilum
|
Warna
awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh
|
|
|
Setelah di tetesi yodium warnanya
berubah menjadi hitam keunguan
|
2
|
NaOH
1 ml + 1 ml Saliva + 3 ml Amilum
|
Warna
awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh
|
|
|
Setelah ditetesi yodium warnanya
berubah menjadi ungu
|
3
|
1
ml Saliva + 3 ml Amilum
|
Warna
awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh
|
Setelah ditetesi yodium warnanya tidak
berubah
|
|
|
4
|
1
ml Saliva + 3 ml Amilum
|
Warna
awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh
|
|
Setelah ditetesi yodium warnanya tidak
berubah
|
|
5
|
1
ml Saliva + 3 ml Amilum
|
Warna
awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh
|
|
|
Setelah ditetesi yodium warnanya putih
keruh agak keunguan
|
Hasil Pengamatan Enzim Amilase
No Cawan
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
T - 1
|
Singkong
rebus + ragi + Iodium
Hari
pertama (20 Mei 2013)
Selama
3 hari
|
Setelah
diperam selama 2 hari dan ditetesi iodium berubah warna menjadi coklat
kehitaman karena enzim bekerja dan daya serap iodium rendah.
|
T - 2
|
Singkong
rebus + ragi + Iodium
Hari
kedua (21 Mei 2013)
Selama
2 hari
|
Warna
menjadi lebih pekat dari data I. karena enzim bekerja dan daya serapnya
setangah.
|
T – 3
|
Singkong
rebus + Iodium
Hari
ketiga(22 Mei 2013)
Selama
1 hari
|
Setelah
di tetesi iodium warna menjadi biru kehitaman sangat pekat. Krena daya kerja
dari enzim tersebut sangat tinggi.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Enzim Amilase
Saliva
·
Tabung 1
Larutan
amilum + saliva + HCl yang diinkubasi dalam suhu 37°C yang kemudian ditetesi
larutan iodium terjadi reaksi yaitu berubah menjadi ungu pekat karena enzim
pada saliva yang memecah, larutan pati menjadi gula, selain itu HCl juga
mengandung enzim amylase yang membuat iodium juga dapat larut karena iodium
yang mengandung pati
·
Tabung 2
Larutan
amilum + saliva + NaOH yang diinkubasi dalam suhu 37°C kemudian ditetesi
larutan iodium berubah keunguan. Tetapi berubah kembali seperti semula karena
NaOH merupakan larutan basa kuat, enzim tidak mampu memecah menjadi gula.
Perubahan warna karena amilum dan saliva yang diinkubasi selama 10 menit.
·
Tabung 3, 4, dan 5
Larutan
amilum + saliva yang berubah hanya pada tabung 5, karena proses inkubasi yang
pas yaitu pada suhu 37°C. karena inkubasi yang untuk pemecahan pati adalah
37°C, selain itu saliva pada manusia umumnya suhu normal 37°C.
Hasil Pengamatan
Enzim Amilase
·
Cawan T-1
Singkong
yang direbus dan di beri ragi, setelah di peram 2 hari dan di tetesi iodium
warna yang terjadi yaitu coklat pekat, karena ragi yang berubah menjadi enzim
sempurna membuat iodium larut dalam singkong.
·
Cawan T-2
Iodium
dapat larut, tetapi tidak sempurna. Karena ragi yang hanya di peram selama 1
hari membuat enzim yang terkandung hanya sedikit.
·
Cawan T-3
Iodium
tidak dapat larut, karena tidak terdapat enzim yang melarutkan iodium. Selain
itu singkong memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi dari pada pati.
BAB V
KESIMPULAN
Dari
hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam
uji amilase saliva yang dilakukan, larutan iodium dapat larut dan bekerja
dengan baik setelah diinkubasi pada suhu 37°C dan jika warna larutan menjadi
ungu maka larutan tersebut bekerja dengan sempurna.
2. Semakin
tinggi dan semakin rendah suhu inkubasi yang dilakukan maka tidak akan ada
perubahan yang terjadi pada larutan tersebut setelah ditetesi iodium.
3. Dalam
uji enzim amilase yang dilakukan pada singkong rebus. Iodium bekerja dengan
baik pada suatu benda yang sudah difermatasikan dan iodium juga dapat meresap.
Iodium tidak dapat bekerja pada suatu benda yang belum difermentasikan dan
tidak meresap.
4. Semakin
lama fermentasi benda tersebut, maka larutan iodium tersebut akan bekerja
dengan sempurna.
bagus
BalasHapuskak tapi punya saya hasilnya tidak sama seperti sampean..
BalasHapusMBU 2017
mengapa hasil yang saya amati pada suhu 4 derajat dan 70 celcius sama menghasilkan warna dengan yang berada pada suhu 37 derajat celcius
BalasHapus