cursor

Minggu, 23 Juni 2013

UJI AMILASE SALIVA dan AMILASE


LAPORAN PRAKTIKUM
“UJI AMILASE SALIVA dan AMILASE”


TUGAS MATA KULIAH BIOKIMIA

Jurusan Peternakan
Program Studi Produksi Ternak

Oleh
Deddy Lauren Andriyanto
C31120204

Dosen

Dr. Ir. Rr. Merry Muspita DU,MP

Nurkholis, MP









KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Hal-ihwal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan tersendiri tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Pada akhir tahun 1700-an dan awal tahun 1800-an, pencernaan daging oleh sekresi perut dan konversi pati menjadi gula oleh ekstrak tumbuhan dan ludah telah diketahui. Namun, mekanisme bagaimana hal ini terjadi belum diidentifikasi
Pengetahuan tentang enzim telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia mengusulkan nama "katalis" untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Namun, proses kimia yang terjadi dengan pertolongan enzim telah dikenal sejak zaman dahulu misalnya pembuatan anggur dengan cara fermentasi atau peragian, dan pembuatan asam cuka. Lois Pasteur salah seorang yang banyak bekerja dalam fermentasi ini dan ketika mengkaji fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis Pasteur menyimpulkan bahwa fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang terdapat dalam sel ragi, disebut sebagai "ferment", dan diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh organisme hidup. Ia menulis bahwa "fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan dan organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi sel tersebut."[5]
Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900) pertama kali menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani ενζυμον yang berarti "dalam bahan pengembang" (ragi), untuk menjelaskan proses ini. Kata "enzyme" kemudian digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan oleh organisme hidup.

Pada tahun 1897, Eduard Buchner memulai kajiannya mengenai kemampuan ekstrak ragi untuk memfermentasi gula walaupun ia tidak terdapat pada sel ragi yang hidup. Pada sederet eksperimen di Universitas Berlin, ia menemukan bahwa gula difermentasi bahkan apabila sel ragi tidak terdapat pada campuran.[6] Ia menamai enzim yang memfermentasi sukrosa sebagai "zymase" (zimase).[7] Pada tahun 1907, ia menerima penghargaan Nobel dalam bidang kimia "atas riset biokimia dan penemuan fermentasi tanpa sel yang dilakukannya". Mengikuti praktek Buchner, enzim biasanya dinamai sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzim tersebut. Umumnya, untuk mendapatkan nama sebuah enzim, akhiran -ase ditambahkan pada nama substrat enzim tersebut (contohnya: laktase, merupakan enzim yang mengurai laktosa) ataupun pada jenis reaksi yang dikatalisasi (contoh: DNA polimerase yang menghasilkan polimer DNA).
Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada sifat-sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa aktivitas enzim diasosiasikan dengan protein, namun beberapa ilmuwan seperti Richard Willstätter berargumen bahwa proten hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan protein sendiri tidak dapat melakukan katalisis. Namun, pada tahun 1926, James B. Sumner berhasil mengkristalisasi enzim urease dan menunjukkan bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah bahwa protein murni dapat berupa enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang meneliti enzim pencernaan pepsin (1930), tripsin, dan kimotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih penghargaan Nobel tahun 1946 pada bidang kimia.[8]
Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur enzim ditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali diterapkan pada lisozim, enzim yang ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur putih, yang mencerna lapisan pelindung beberapa bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David Chilton Phillips dan dipublikasikan pada tahun 1965.[9] Struktur lisozim dalam resolusi tinggi ini menandai dimulainya bidang biologi struktural dan usaha untuk memahami bagaimana enzim bekerja pada tingkat atom.


BAB II
LANDASAN TEORI
1.     Enzim
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Nama enzim sering kali diturunkan dari nama substrat ataupun reaksi kimia yang ia kataliskan dengan akhiran -ase.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.
Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.
2.     Larutan Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogenklorida (HCl). Larutan ini adalah asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+. Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air. HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan digunakan pada pengolahan air.
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat. HCl juga merupakan larutan elektrolit.
3.     Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.


Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
4.     Larutan YODIUM
Yodium merupakan zat makanan yang tergolong ke dalam mineral mikro. Dalam keadaan normal, yodium dikonsumsi hewan melalui air dan tumbuh-tumbuhan yang menyerap zat tersebut dari tanah. Apabila kandungan yodium dalam pakan ternak belum tercukupi biasanya peternak memeberikan mineral yodium dalam bentuk garam dapur pada ransum pakan terak.Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium berada dalam satu siklus di alam. Sebagian yodium ada di laut, sebagian lagi merembes dibawa hujan, angin dan banjir turun ke tanah dan gunung di sekitarnya. Yodium terdapat di lapisan bawah tanah, sumur minyak dan gas alam. Air berasal dari sumur-sumur tersebut merupakan sumber yodium. Daerah pegunungan di seluruh dunia termasuk di Eropa, Amerika, dan Asia kurang mengandung yodium, terutama pegunungan yang ditutupi es dan mempunyai curah hujan tinggi yang mengalir ke sungai. Yodium di dalam tanah dan laut terdapat sebagai iodide. Ion iodide dioksidasi oleh sinar matahari menjadi unsur yodium yang mudah menguap. Yodium kemudian dikembalikan ke tanah oleh hujan. Pengembalian yodium ke tanah berjalan lambat dan sedikit dibandingkan dengan kehilangan semula, dan banjir berulang kali akan menyebabkan yodium yang tersedia di tanah hanyut terbawa air
Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.


Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi.
Yodium adalah jenis mineral yang sangat penting untuk system reproduksi disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh kecuali sel otak. Yodium juga dibutuhkan untuk sel darah merah dan pernafasan sel serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh Yodium dari makanan akan diserap dan menjadi bentuk yodida. Yodida adalah bentuk yodium yang berada dalam tubuh yang merupakan bagian penting dari dua hormon yaitu triiodothyronine/T3 dan tetraiodothyronine/T4, yang dihasilkan oleh hormone thyroid. Iodine ini yang berperan mengatur suhu tubuh, reproduksi dan fungsi iodine lainnya Tubuh yang sehat mengandung 15-20 mg iodium dimana 70-80 % ada di kelenjar gondok dalam bentuk thyroglobulin. Sisanya di kelenjar air liur, kelenjar lambung, jaringan dan sebagian kecil beredar di seluruh tubuh. Umumnya bahan makanan sumber hewani seperti ikan dan kerang mengandung tinggi yodium. Bahan makanan sumber nabati yang mengandung tinggi yodium adalah rumput laut. Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormob tiroksin triodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30 %. Disamping itu kedua hormon ini mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesa protein dan absorbsi karbohidrat dari saluran cerna. Yodium berperan pula dalam sintesis kolesterol darah



5.     Larutan AMILUM (PATI)
Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan.
6.     RAGI
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir.
7.     SALIVA
Air liur adalah zat berair yang terletak di mulut organisme, disekresikan oleh kelenjar ludah. Saliva manusia adalah air 99,5%, sementara yang lain 0,5% terdiri dari elektrolit, lendir, glikoprotein, enzim, dan senyawa antibakteri seperti IgA sekretori dan lysozyme. Enzim yang ditemukan dalam air liur sangat penting dalam memulai proses pencernaan makanan pati dan lemak. Enzim ini juga berperan dalam mogok partikel makanan terjebak dalam celah-celah gigi, melindungi gigi dari pembusukan bakteri. Selain itu, air liur melayani fungsi licin, pembasahan makanan dan memungkinkan inisiasi menelan, dan melindungi permukaan mukosa mulut rongga dari pengeringan.

Berbagai spesies memiliki kegunaan khusus untuk air liur yang melampaui predigestion. Beberapa swifts menggunakan air liur bergetah mereka untuk membangun sarang. Aerodramus sarang yang berharga untuk digunakan dalam sup sarang burung Kobra., Ular beludak, dan anggota lain tertentu dari racun clade berburu dengan air liur berbisa disuntikkan oleh taring. Beberapa arthropoda, seperti laba-laba dan ulat, membuat thread dari kelenjar ludah.
Fungsi pencernaan air liur termasuk melembabkan makanan dan membantu menciptakan bolus makanan. Fungsi licin air liur memungkinkan bolus makanan yang akan lulus dengan mudah dari mulut ke kerongkongan. Air liur mengandung enzim amilase, juga disebut ptyalin, yang mampu memecah pati menjadi gula sederhana yang dapat kemudian diserap atau selanjutnya dipecah di usus kecil. Kelenjar ludah juga mengeluarkan saliva lipase (bentuk yang lebih ampuh lipase) untuk memulai pencernaan lemak. Saliva lipase memainkan peran besar dalam pencernaan lemak pada bayi baru lahir sebagai mereka lipase pankreas masih membutuhkan beberapa waktu untuk berkembang. Ia juga memiliki fungsi pelindung, membantu mencegah bakteri build-up pada gigi dan membasuh partikel makanan yang menempel.
8.     AMILASE
Amilase / æmɪleɪz / adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan pati menjadi gula. Amilase hadir dalam air liur manusia, di mana ia memulai proses kimia pencernaan. Makanan yang mengandung banyak pati tetapi sedikit gula, seperti beras dan kentang, rasa sedikit manis karena mereka dikunyah karena amilase ternyata sebagian pati mereka menjadi gula di dalam mulut. Pankreas juga membuat amilase (alpha amilase) untuk menghidrolisis pati makanan menjadi disakarida dan trisaccharides yang diubah oleh enzim lain untuk glukosa untuk memasok tubuh dengan energi. Tanaman dan beberapa bakteri juga memproduksi amilase. Sebagai diastase, amilase adalah enzim pertama yang ditemukan dan diisolasi (oleh Anselme Payen tahun 1833) protein amilase khusus yang ditunjuk oleh huruf Yunani yang berbeda.. Semua amilase adalah hidrolisis glikosida dan bertindak atas α-1,4-glikosidik obligasi.


Amilase menemukan digunakan dalam breadmaking dan untuk memecah gula kompleks, seperti pati (ditemukan dalam tepung), menjadi gula sederhana. Ragi kemudian feed pada gula sederhana ini dan mengubahnya menjadi produk limbah alkohol dan CO2. Ini menanamkan rasa dan menyebabkan roti meningkat. Sementara amilase yang ditemukan secara alami dalam sel ragi, dibutuhkan waktu untuk ragi untuk menghasilkan cukup enzim ini untuk memecah jumlah yang signifikan pati dalam roti. Ini adalah alasan untuk adonan fermentasi panjang seperti adonan asam. Teknik breadmaking modern telah menyertakan amilase (sering dalam bentuk barley malt) menjadi roti perbaiki, sehingga membuat proses lebih cepat dan lebih praktis untuk penggunaan komersial.
Dalam biologi molekuler, kehadiran amilase dapat berfungsi sebagai metode tambahan memilih untuk keberhasilan integrasi dari konstruk reporter selain resistensi antibiotik. Sebagai gen reporter yang diapit oleh daerah homolog dari gen struktural untuk amilase, integrasi yang sukses akan mengganggu gen amilase dan mencegah degradasi pati, yang mudah dideteksi melalui yodium pewarnaan.










BAB III
TABEL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan Enzim Amilase Saliva
Tabung Reaksi
Larutan
Sebelum di Inkubasi
Setelah di Inkubasi + 3 tetes Yodium
80°C
4°C
37°C
1
HCl 1 M 1 ml + 1 ml Saliva + 3 ml Amilum
Warna awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh


Setelah di tetesi yodium warnanya berubah menjadi hitam keunguan
2
NaOH 1 ml + 1 ml Saliva + 3 ml Amilum
Warna awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh


Setelah ditetesi yodium warnanya berubah menjadi ungu
3
1 ml Saliva + 3 ml Amilum
Warna awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh
Setelah ditetesi yodium warnanya tidak berubah


4
1 ml Saliva + 3 ml Amilum
Warna awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh

Setelah ditetesi yodium warnanya tidak berubah

5
1 ml Saliva + 3 ml Amilum
Warna awal putih keruh, setelah di kocok warnanya lebih keruh


Setelah ditetesi yodium warnanya putih keruh agak keunguan

Hasil Pengamatan Enzim Amilase
No Cawan
Perlakuan
Hasil Pengamatan
T - 1
Singkong rebus + ragi + Iodium
Hari pertama (20 Mei 2013)
Selama 3 hari
Setelah diperam selama 2 hari dan ditetesi iodium berubah warna menjadi coklat kehitaman karena enzim bekerja dan daya serap iodium rendah.
T - 2
Singkong rebus + ragi + Iodium
Hari kedua (21 Mei 2013)
Selama 2 hari
Warna menjadi lebih pekat dari data I. karena enzim bekerja dan daya serapnya setangah.
T – 3
Singkong rebus + Iodium
Hari ketiga(22 Mei 2013)
Selama 1 hari
Setelah di tetesi iodium warna menjadi biru kehitaman sangat pekat. Krena daya kerja dari enzim tersebut sangat tinggi.





BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Enzim Amilase Saliva
·         Tabung 1
Larutan amilum + saliva + HCl yang diinkubasi dalam suhu 37°C yang kemudian ditetesi larutan iodium terjadi reaksi yaitu berubah menjadi ungu pekat karena enzim pada saliva yang memecah, larutan pati menjadi gula, selain itu HCl juga mengandung enzim amylase yang membuat iodium juga dapat larut karena iodium yang mengandung pati
·         Tabung 2
Larutan amilum + saliva + NaOH yang diinkubasi dalam suhu 37°C kemudian ditetesi larutan iodium berubah keunguan. Tetapi berubah kembali seperti semula karena NaOH merupakan larutan basa kuat, enzim tidak mampu memecah menjadi gula. Perubahan warna karena amilum dan saliva yang diinkubasi selama 10 menit.
·         Tabung 3, 4, dan 5
Larutan amilum + saliva yang berubah hanya pada tabung 5, karena proses inkubasi yang pas yaitu pada suhu 37°C. karena inkubasi yang untuk pemecahan pati adalah 37°C, selain itu saliva pada manusia umumnya suhu normal 37°C.
Hasil Pengamatan Enzim Amilase
·         Cawan T-1
Singkong yang direbus dan di beri ragi, setelah di peram 2 hari dan di tetesi iodium warna yang terjadi yaitu coklat pekat, karena ragi yang berubah menjadi enzim sempurna membuat iodium larut dalam singkong.
·         Cawan T-2
Iodium dapat larut, tetapi tidak sempurna. Karena ragi yang hanya di peram selama 1 hari membuat enzim yang terkandung hanya sedikit.
·         Cawan T-3
Iodium tidak dapat larut, karena tidak terdapat enzim yang melarutkan iodium. Selain itu singkong memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi dari pada pati.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Dalam uji amilase saliva yang dilakukan, larutan iodium dapat larut dan bekerja dengan baik setelah diinkubasi pada suhu 37°C dan jika warna larutan menjadi ungu maka larutan tersebut bekerja dengan sempurna.
2.      Semakin tinggi dan semakin rendah suhu inkubasi yang dilakukan maka tidak akan ada perubahan yang terjadi pada larutan tersebut setelah ditetesi iodium.
3.      Dalam uji enzim amilase yang dilakukan pada singkong rebus. Iodium bekerja dengan baik pada suatu benda yang sudah difermatasikan dan iodium juga dapat meresap. Iodium tidak dapat bekerja pada suatu benda yang belum difermentasikan dan tidak meresap.
4.      Semakin lama fermentasi benda tersebut, maka larutan iodium tersebut akan bekerja dengan sempurna.

3 komentar:

  1. kak tapi punya saya hasilnya tidak sama seperti sampean..
    MBU 2017

    BalasHapus
  2. mengapa hasil yang saya amati pada suhu 4 derajat dan 70 celcius sama menghasilkan warna dengan yang berada pada suhu 37 derajat celcius

    BalasHapus