PENGERTIAN
ALEL DAN ALEL GANDA
Anda sudah mengetahui bahwa gen sebagai pembawa dan penentu
suatu sifat atau karakter. Gen dalam tubuh yang terletak pada kromosom tidak
hanya satu, tetapi banyak. Alel adalah gen-gen yang menempati atau terletak pada lokus yang
sama pada kromosom homolognya yang mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat
tertentu.
Surya (1984) mendefinisikan alel sebagai anggota dari
sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran
untuk menumbuhkan karakter pigmentasi kulit secara normal. Gen B dapat membentuk
melanin karena diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme. Dalam
hal ini gen B menimbulkan karakter yang dominan. Apabila gen B bermutasi maka akan berubah menjadi b,
sehingga pigmentasi kulit secara normal, tidak dapat dilakukan. Gen b
menimbulkan karakter yang berbeda, yaitu resesif. Karakter resesif ini
menumbuhkan karakter albinisme (tidak terbentuk melanin). Contoh yang lainnya,
misalnya:
1.
K alelnya k, untuk rambut keriting dan lurus.
2.
H alelnya h, untuk kulit hitam dan putih dan sebagainya.
Sedangkan alel ganda (multiple
alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari
satu gen yang menempati lokus sama pada kromosom
homolognya. Pengaruh alel ganda pada organisme dapat ditemukan pada
tempat-tempat berikut.
Golongan
Darah pada Manusia
Golongan
Darah
|
Alel
|
Genotif
|
A
|
|A
|
|A|A dan |A |O
|
B
|
|B
|
|B|B dan |B |O
|
AB
|
|A,|B
|
|A |B
|
O
|
|O
|
|O |O
|
Warna
Bulu Kelinci dipengaruhi oleh empat alel yaitu
W, Wch, Wh, w yang keempatnya berada pada lokus yang sama, di mana:
Alel
W : warna bulu normal (hitam), Wch : warna bulu normal Chinchilia (kelabu), Wh
: warna bulu Himalaya (coklat), w : warna bulu albino (putih)
Genotipe
|
Fenotipe
|
Hitam (normal)
|
WW, WWch, WWh, Ww
|
Kelabu (Chichilia)
|
WchWch, WchWh, Wch,w
|
Coklat (Himalaya)
|
WhWh, Wchw
|
Putih (Albino)
|
Ww
|
INTERAKSI
ANTAR GEN-GEN
Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena
adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap
hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi
menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi
dua pasang gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.
Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W.
Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger
ayam. Dalam hal ini terdapat empat macam bentuk jengger ayam, yaitu mawar,
kacang, walnut, dan tunggal.
Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger
kacang menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda
dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini
memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut
disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2 dengan
nisbah fenotipe walnut : mawar : kacang : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1.
Dari nisbah fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas
fenotipe yang sebelumnya tidak pernah dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal.
Munculnya fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut, mengindikasikan adanya
keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan
suatu fenotipe. Kedua pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh
fenotipe mawar dan fenotipe kacang.
Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe
mawar adalah R, sedangkan gen untuk fenotipe kacang adalah P, maka keempat
macam fenotipe tersebut masing-masing dapat dituliskan sebagai R-pp untuk
mawar, rrP- untuk kacang, R-P- untuk walnut, dan rrpp untuk tunggal. Dengan
demikian, diagram persilangan untuk pewarisan jengger ayam dapat dijelaskan
seperti pada Gambar 2.13.
P
: RRpp x rrPP
mawar
kacang
ê
F1
: RrPp
walnut
F2
: 9 R-P- walnut
3
R-pp mawar walnut : mawar : kacang : tunggal
3
rrP- kacang = 9 : 3 : 3 : 1
1
rrpp tunggal
Selain itu, biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat
keturunan yang nampak pada suatu individu itu ditentukan oleh sebuah gen
tunggal, misalnya bunga merah oleh gen R, bunga putih oleh gen r, buah bulat
oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b, batang tiggi oleh gen T, batang
pendek oleh gen t dll.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita
mengetahui bahwa cara diwariskannya sifat keturunan tidak mungkin diterangkan
dengan pedoman tersebut di atas, karena sulit sekali disesuaikan dengan
hukum-hukum mendel.
Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah
hasil percobaan Wiliam Bateson dan R.C Punnet ada ermulaan abad ini. Mereka
mengawinan berbagai macam ayam negeri dengan memperhatikan bentuk jengger di
atas kepala. Ayam Wyandotte mempunyai jenger tipe mawar (“rose“), sedang
ayam Brahma berjengger tipe ercis (“pea“). Pada waktu dikawinkan
ayam berjengger mawar ercis didapatkan ayam-ayam F1 yang kesemuanya
mempunyai jengger bersifat walnut (“walnut“= nama semacam buah).
Mula-mula dikira bahwa jengger tipe walnut ini intermedier. Tetapi yang
mengherankan ialah bahwa pada wakru ayam-ayam walnut itu dibiarkan kawin
sesamanya dan dihasilkan banyak ayam-ayam F2 maka perbandingan
9:3:3:1 nampak dalam keturunan ini. Kira-kira 9/16 bagian dari ayam-ayam F2
ini berjengger walnut. 3/16 mawar, 3/16 ercis dan 1/16 tunggal (single).
Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya
interaksi (saling pengaruh) antara gen-gen. adanya 16 kombinasi dalam F2
memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang alel yang berbeda ikut menentukan bentuk
dari jengger ayam. Sepasang alel menentukan tipe jengger mawar dan sepasang
alel lainnya untuk tipe jengger ercis. Sebuah gen untuk mawar dan sebuh gen
untuk ercis mengadakan interaksi menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat
pada ayam-ayam F1. Jengger mawar ditentukan oleh gen dominan
R(berasal dari “rose”), jengger ercis oleh gen dominan P (berasal dari “pea”).
Karena itu ayam berjengger mawar homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan
ayam berjengger ercis homozigot mempunyai genotip rrPP. Perkawinan dua ekor
ayam ini menghasilkan F1 yang berjengger walnut (bergenotip RrPp)
dan F2 memperlihatkan perbandingan fenotip 9:3:3:1.
Gen R dan gen P adalah bukan alel, tetapi masing-masing
domina terhadap alelnya (R dominan terhadap r, P dominan terhadap p). sebuah
atau sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) ekspresi gen lain yang buka
alelnya dinamakan gen yang epistasis. Gen yang dikalahkan ini tadi dinamakan
gen yang hipostasis. Peristiwa disebut epistasi dan hipostasi.
Peristiwa
epistasi dibedakan atas:
EPISTASIS RESESIF, Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen
resesif menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini,
pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.
Contoh epistasis
resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit (Mus musculus).
Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur warna bulu pada mencit, yaitu gen A
menyebabkan bulu berwarna kelabu, gen a menyebabkan bulu berwarna hitam, gen C
menyebabkan pigmentasi normal, dan gen c menyebabkan tidak ada pigmentasi.
EPISTASIS DOMINAN, Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan
ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang bukan alelnya. Nisbah fenotipe pada
generasi F2 dengan adanya epistasis dominan adalah 12 : 3 : 1.
Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada
pewarisan warna buah waluh besar (Cucurbita pepo). Dalam hal ini
terdapat gen Y yang menyebabkan buah berwarna kuning dan alelnya y yang
menyebabkan buah berwarna hijau. Selain itu, ada gen W yang menghalangi
pigmentasi dan w yang tidak menghalangi pigmentasi.
EPISTASIS RESESIF GANDA, Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen
I, epistatis terhadap pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya,
sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan
gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda. Epistasis
ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2. Contoh
peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan pewarisan kandungan HCN
pada tanaman Trifolium repens.
EPISTASIS DOMINAN GANDA, Apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap
pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen II
ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi
dinamakan epistasis dominan ganda. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe
15 : 1 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan ganda dapat dilihat pada
pewarisan bentuk buah Capsella. Ada dua macam bentuk buah Capsella,
yaitu segitiga dan oval. Bentuk segitiga disebabkan oleh gen dominan C dan D,
sedang bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan d. Dalam hal ini C dominan
terhadap D dan d, sedangkan D dominan terhadap C dan c.
EPISTASIS DOMIAN-RESESIF, Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari
pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara
gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I.
Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada
pewarisan warna bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang
menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i, yang tidak menghalangi pigmentasi.
Selain itu, terdapat gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan alelnya, c, yang
tidak menimbulkan pigmentasi. Gen I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c
dominan terhadap I dan i.
EPISTASIS GEN DUPLIKAT DENGAN EFEK
KUMULATIF , Pada Cucurbita pepo dikenal
tiga macam bentuk buah, yaitu cakram, bulat, dan lonjong. Gen yang mengatur
pemunculan fenotipe tersebut ada dua pasang, masing-masing B dan b serta L dan
l. Apabila pada suatu individu terdapat sebuah atau dua buah gen dominan dari
salah satu pasangan gen tersebut, maka fenotipe yang muncul adalah bentuk buah
bulat (B-ll atau bbL-). Sementara itu, apabila sebuah atau dua buah gen dominan
dari kedua pasangan gen tersebut berada pada suatu individu, maka fenotipe yang
dihasilkan adalah bentuk buah cakram (B-L-). Adapun fenotipe tanpa gen dominan
(bbll) akan berupa buah berbentuk lonjong. Pewarisan sifat semacam ini
dinamakan epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif.
sabar ea ^_^
BalasHapusMERDEKA........!!!!!